Jumat, 04 Desember 2009

Tulisan dari Wali Kelas


Anak Bukan Sekedar Investasi Masa Depan

oleh : Nurhafni



Anak adalah buah hati dan cerminan keberhasilan orang tua sekaligus kebanggaan bagi keluarga. Dan rasa bangga tersebut biasanya diimplementasikan dari hasil prestasi anak baik dibidang akademik maupun non akademik. Salah satu motivator keberhasilan prestasi anak adalah kehangatan keluarga, sebab keluarga merupakan faktor sentral dalam masa perkembangan anak sekaligus penentu masa depannya, tetapi tidak semua anak merasakan kebanggaan dan kehangatan keluarga karena masih banyak anak-anak usia dini mendapat pelakuan kasar dalam keluarga. Ironisnya, perlakuan tersebut dilakukan oleh orang tua kandung sedangkan penyebabnya hanya karena pada hal sepele seperti memecahkan piring atau sejenisnya. Tentunya periakuan tersebut tidak setimpal dengan sakitnya fisik dan batin anak finally mereka cenderung melakukan pemberontakan terhadap orang tua.



Pada masa perkembangan dan pertumbuhan, anak-anak senang melakukan aktivitas extreme guna mendapatkan perhatian (baca: caper) penuh dari orang tua. Dan aktivitas anak-anak tersebut pada dasamya merupakan cara berproses atau belajar untuk berekperimen dan berekspresi yang kemudian mempengaruhi perkembangannya (Yusuf, 2006)1. Oleh karena itu, orang tua harus bisa masuk keranah anak-anak dan membawa kembali keranah pikiran orang tua (Deporter, 2003)2 dengan cara merefleksikan setiap kejadian dengan alasan yang logis sehingga mereka paham dan terlatih untuk melakukan tindakan yang baik serta menjauhi tindakan yang buruk. Karena itu, orang tua berkewajiban memahami dan menyelami kepribadian anak sebab setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda bahkan saudara kembar sekalipun.
Dan orang tua hams bisa membukajalinan komunikasi kepada anak. Jika anak sering berterus terang tentang permasalahan yang dialaminya, mempermudah orang tua untuk mengontrol sekaligus mengawasinya. Namun kurangnya perhatian orang tua kepada anak tentang hal-hal yang sepele merupakan salah satu kendala yang menyebabkan anak tertutup terhadap orang tua, misalnya orang tua sering membandingkan anak dengan anak yanglain (Surana, 2004)3 Secara psikologis, jiwa anak akan mengalami depresi dan berusaha mendapatkan pengakuan dari luar keluarga akibatnya mereka akan melakukan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain hanya untuk mendapatkan kasih saying dan kebanggaan, baik anak tersebut memiliki kelebihan maupun kekurangan dalam hal prestasi akademik ataupun non akademik.
Selain itu, orang tua juga harus memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya. Dari rasa percaya inilah nanti akan timbul rasa simpati yang “berlabuh” pada rasa empati sehingga anak selalu ingat akan perjuangan orang tua. Dan Kepercayaan orang tua terhadap anak adalah harta warisan yang paling bernilai tinggi. Sedangkan harta yang bernilai tak terhingga adalah anak, tetapi anak bukan sekedar investasi masa depan namun anak adalah tetapi pemenang jiwa tatkala merasakan kesuksesan yang telah diraihnya, baik sukses dalam hal duniawi maupun hati.
Nah, Sudahkan anda memberikan hal yang terbaik untuk anak anda ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction