Selasa, 08 Desember 2009

Guru sebagai pahlawan pendidikan

Ada kata-kata sangat menarik yang sering terlontar dalam hubungan guru-murid di dalam dunia pendidikan : bila guru kencing berdiri, maka murid akan kencing berlari. Kata-kata tersebut secara sederhana menyimpan makna mendalam tentang bagaimana seorang guru dalam mengarahkan dan mendidik anak didik, sehingga apa yang diberikan oleh seorang guru secara langsung ataupun tidak akan sangat berpengaruh terhadap anak didik. Guru dengan demikian bagaikan obor yang selalu menyinari setiap generasi yang dimiliki oleh suatu bangsa atau bahkan guru adalah sang pelopor perjuangan yang senantiasa menjadi penopang kuat kemajuan peradaban bangsa itu sendiri.
Hal Itu berarti, guru dalam konteks pendidikan merupakan acuan strategis dalam meluruskan dan membangun masa depan pendidikan. Tanpa guru, pasti tidak akan ada murid. Tanpa guru, mengha rapkan masa depan bangsa yang maju dan berpera daban, hanya akan tinggal harapan, karena guru merupakan mediator bangunan perubahan yang harus selalu dibangkitkan.





Dalam ungkapan Asa Hiliard III, guru adalah me diator yang bisa atau tidak memberi pengalaman mendasar yang memungkinkan siswa menunjuk kan potensi luar biasa yang dimilikinya. Ini meng andaikan, guru memang segala-galanya di hada pan siswa. Predikat generasi masa depan yang di sandang para siswa barang tentu harus menjadi pertimbangan para guru. Kegagalan terbesar suatu bangsa pada hakikatnya bukan terletak pada siswa yang ada, tetapi terletak pada posisi guru dan seja uh mana guru mampu menjalankan tugas luhurnya sebagai pahlawan peradaban dan pahlawan yang selalu diharapkan. Karena perjuangan bangsa ini menuju bangsa yang maju, tidak bisa dilepaskan dan eksistensi guru yang dimiliki.
Oleh sebab itu, maka guru memiliki posisi yang sangat menentukan dalam dunia pendidikan. Kalau diibaratkan, seorang guru sama halnya dengan mesin yang ada pada setiap mobil yang siap meng gerakkan dan menjadi kekuataan yang tak terpisah kan. Sebagai mesin penggerak dalam dunia pen didikan,kualitas seorang guru tentuny sesuatu yang signifikan.
Demikian pula, Guru menurut Gobte dan Porter ; merupakan faktor penting dalam pembangunan : mereka berada dalam suatu kedudukan yang istimewa untuk mematahkan lingkaran kemiskinan, kebodohan dan prasangka dengan cara yang mungkin bisa diterima oleh penduduk yang bersang kutan ; sementara efek berganda dari pekerjaan mereka menonjolkan mereka sebagai investasi berharga di saat kita menghadapi tuntutan-tuntutan berat dengan sumber daya yang terbatas.
Dengan peran dan posisi yang sangat stra tegis tersebut, guru adalah segala-galanya dalam bangunan dan sistem pendidikan. Kemajuan suatu bangsa” sekali lagi- tidak bisa dilepaskan dari ke majuan pendidikan yang secara konsisten terus di pompa; dan terpenting dalam sistem itu adalah pe ran guru.
Tapi, pertanyaan yang kerapkali muncul tentang guru dalam kehidupan pendidikan bangsa Indonesia adalah sudahkah guru dengan posisi tersebut mendapatkan perhatian dari penguasa? Sudahkan pemerintah berfikir layaknya pikjran Kaisar Jepang di atas dengan menjadikan guru sebagai prioritas pembangunan?
Pertanyaan-pertanyaan ini yang kini membutuh kan jawaban konkret. Karena kemajuan bangsa Indonesia ke depan akan sangat ditentukan oleh potensi besar yang bernama para guru. Kita mung kin mafhum, soal guru bangsa indonesia tidak perlu khawatir karena stok guru yang siap mengabdi un tuk membangun bangsa ini mungkin sangat banyak, tapi yang menjadi masalah apakah pengabdian ter sebut sudah mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah.
Sudahkah nasib para guru yang selama ini me mang selalu menjadi bahan kritik, misalnya soal kesejahteraan guru, dipenuhi oleh penguasa? Se bab, persoalan kesejahteraan bagi sang pahlawan bagaimanapun tetap menjadi salah satu pemicu ke majuan pendidikan kita ke depan. Membangun pendidikan yang agresif dan benar-benar berkuali tas, tidak akan pernah tercapai tanpa terlebih dahulu membangun mental dan kesejahteraan para guru. Itulah yang panting untuk dipikirkan oleh peme rintah.
Karena ketika para guru sejahtera, dunia pendi dikan tentunya juga akan sejahtera. Guru tidak akan lagi memikirkan soal kebutuhan materi hidup karena pemerintah telah memenuhi semuanya, sehingga para guru akan lebih serius dan konsentrasi dalam melakukan amanat pencerdasan yang dibebankan di pundaknya. Jadikan guru sebagai pahlawan yang jasa-jasanya tetap harus dihormati secara wajar dan benar-benar terhormat.
Guru memang pahlawan tanpa pamrih, tetapi bukan berarti jerih payah dan setiap tetes keringat yang telah dikeluarkannya dalam melaksanakan tugas, tidak mendapatkan imbalan yang selayaknya. Maka, hormatilah sang pahlawanan itu dengan se penuh hormat, bukan setengah hormat. Perhatikan lah nasib mereka, dengan sepenuh perhatian, Dan salah satu penghormatan yang paling sederhana atas perjuangan yang mereka lakukan adalah meme nuhi apa yang menjadi kebutuhan hidup mereka. Jangan sia-siakan perjuangan mereka sebagai pelo por kemajuan peradaban bangsa ini. Hargailah me reka layaknya sang pahlawan yang selalu memba wa duta-duta bangsa meraih piala-piala kemena ngan. Marilah kita mulai belajar memahami dan bersikap obyektif dalam menghargai jasa-jasa para pahlawan bangsa ini, termasuk menghargai guru : sang pahlawan yang selalu mengobarkan sema ngat pencerdasan dalam bangsa ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction