Rabu, 30 Desember 2009

Pengen Tahu Tentang X.3 Lebih Dalam...?

kejadian aneh, yang mungkin ga bakalan kalian temui di kelas manapun! haha, serunya kompaknya itu loh. NO DAY WITHOUT LAUGH. mungkin itu kali yah, bayangkan yang katanya anak anak pintar smu8, tapi pada gila! mungkin karena udah stres belajar kali, makanyyaaaah, postingan yang sebelum ini postingan formal untuk ten three, maksudnya yah isinya tentang pendidikan, cuap-cuap wali kelas dsb. hehe
sekarang kita masuk ke postingan gila gila! seru-seruannya ten three, di sini nih bakalan terungkapnya rahasia dibalik KISAH SEPULUH TIGA! haha lebay, ayooo BACA !a pada gila semua. haha



gak gak. di disini bakalan terungkap semua tentang KAMI ! first we're talking about PERKUMPULAN :: ada banyak perkumpulan yang katanya si pandaaaaaaaai banget nyanyi, yap! MEROCK CHOIR (metal-rock) ini perkumpulan emang rada gila gahol dsb. anggota (riro-iska-tia-dimo-mahik-first-zikra) semua lagu dicampur jadi satu di sini, yang barat maupun timut, yang hapal maupun gak hapal tetap dinyanyiin. haha
yang katanya suara 21 oktaf ini pengen banget buat album. haha
it's us dream guys! semua mimpi itu pasti nyata kok. jadi berusaha teman haha

second : perkumpulan orang yang suka belajar ni (LINDAH-RARA-YANI)
ini dia si kembar tiga(halah) yang katanya si trio jilbab duduk sebangku dan tepatnya paling rajin dan always beribadah kepada Allah swt. pertahanin guys!

third : perkumpulan anak tengah dan anak depan ::
pasti bingung kan? yang nulisnya aja bingung. haha
pokoknya anak tengah ni baik baik, suka menolong dan tidak sombong. haalaah

semua itu gak ada artinya lagi kalau kami udah bareng bareng, kami bakalan ketawa bareng, menggila, menggaring dsb. haha
kebersamaan kami never die deh! hehe
gak ada lagi tuh yang namanya perkumpulan.
ni perkumpulan bukan kayak geng motor, yang bergep gep dan brutaaaall
tiddddddddddddaaaaaaaaaaak! haha, kami suatu keluarga yang harmonis.

GAK ADA DEH YANG BISA NGALAHIN KOMPAKNYA TEN THREE :*

Senin, 28 Desember 2009

Tulisan dari Wali Kelas (Part II)


Tauladan Orang Tua : Kunci Pendidikan Anak

Oleh : Nurhafni



Mungkin masih lekat dalam ingatan, bahwa dalam teori tabularasa anak yang baru lahir ibarat kertas putih yang masih bersih tanpa noda. Dan lingkunganlah yang akan sangat menentukan akan menjadi apa dan bagaimana keberadaan anak selanjutnya. Kedua orang tua merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Maka secara otomatis keberadaan orang tua akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan sang anak.
Apakah seorang anak akan menjadi orang yang baik atau tidak, maka kedua orang tua yang paling banyak pengaruhnya. Sebab harus diakui orang pertama kali dan paling sering bersentuhan dengan seorang anak adalah kedua orangtuanya. Mulai waktu baru lahir, maka kedua orangtulah yang merawat sampai pada waktu remaja juga orang tua yang merawat.

Kemudian setelah itu, setelah tahu peran penting orang tua bagi anaknya, apa yang harus dilakukan para orang tua dalam mendidik anak, agar anaknya mampu menjadi anak yang baik. Seperti dalam teori tabularasa di atas, karena anak ibarat kertas putih tanpa noda, maka dalam bahasa lain disini orang tua dutuntut untuk bisa memberikan warna yang cerah bagi anaknya.
Warna yang mampu mengantarkan seorang anak menjadi orang yang bermanfaat. Bukan malah memberikan kertas kosong tersebut dengan tinta hitam yang akan menyuramkan masa depannya.
Dengan apa orang tua memberikan pencerahan bagi anaknya, inilah pertanyaan berikutnya yang patut dipikirkan. Tentu jawabannya adalah dengan pendidikan, orang tua harus memberikan bekal bagi anaknya dengan memberinya pendidikan yang baik. Pendidikan yang mampu menjadi bekal dalam kehidupannya kelak. Entah itu pendidikan yang sifatnya kemampuan intelektualitas termasuk juga pendidikan moral. Dua hal itu menjadi satu kesatuan yang harus diperhatikan dan diberikan oleh orang tua kepada anaknya.
Apa yang di sampaikan Seto Mulyadi seorang pemerhati anak dan sekarang ketua Komnas Perlindungan anak dalam acara Kick Andy di Metro TV pada kamis malam (06/03/2008) juga menarik untuk diperhatikan dalam memberikan pendidikan pada anak, bahwa anak merupakan peniru paling hebat se dunia”. Ada beberapa pesan yang disampaikan dari pernyataan tersebut. Pertama, jelas bahwa seorang anak sifatnya suka meniru, mencotoh atau mengikuti apa yang di lihat dan didengar. Apa yang dilihat, baik di televisi atau juga kadang dalam kejadian nyata itu akan juga menjadi modal bagi seorang anak untuk dilakukan. Jika apa yang dilihat merupakan sesuatu yang positif, jelas pengaruhya juga baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dan sebaliknya, jika yang menjadi totonan itu sesuatu yang tidak ada unsur pendidikannya (negatif), maka juga akan berpengaruh tidak baik bagi anak.
Televisi merupakan salah satu media yang kerap kita jumpai di rumah-rumah. Hampir setiap rumah yang ada di Indonesia ada televisinya sehingga jelas itu juga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Sebab sulit menjumpai anak yang tidak akrab dengan televisi pada kesehariannya. Padahal, kita juga sudah tahu sendiri bagaimana tayangan televisi sekarang. Sangat sedikit nuansa pendidikan yang ada di semua tayangan televisi. Apalagi film remaja, yang kebanyakan filmnya hanya menjadikan sekolah sebagai tempat pacaran. Itu jelas sudah bertentangan dengan fungsi sekolah yang sesungguhnya.
Jika demikian yang terjadi, jika media yang menjadi tontonan anak-anak sudah tidak mendidik. Maka kita juga tidak bisa banyak berharap bahwa media, utamanya televisi akam mempunyai pengaruh positif bagi keberadaan anak. Apalagi ketika kita kembalikan pada esensi pesan di atas, bahwa anak sangat hebat dalam meniru maka jelas hal tersebut akan menjadi ancaman bagi perkembangan anak. Sehingga mau tidak mau orang tua disini harus mampu bertindak tegas agar anaknya tidak terlalu menjadikan telivisi sebagai teman kesehariannya. Paling tidak harus ada diarahkan untuk nonton sesuatu yang positif dari tontonan yang ada di televisi.
Dari ungkapan Kak Seto di atas, begitulah panggilan akrabnya pesan yang Kedua, orang tua diharap mampu memberikan tauladan yang baik bagi anak. Media televisi yang selalu akrab dengan anak sudah sulit untuk diharapkan, maka orang tua harus mampu menggantikan posisi tersebut. Artinya, anak yang biasanya sangat akrab dengan televisi, maka itu bagaimana bisa berubah menjadi lebih akrab dengan orang tua. Orang tua juga harus mampu menjadi panutan, tauladan yang baik, dan menjadi tempat curhat bagi anak mengenai segala problem yang ia (anak) alami. Jangan sampai antara anak dengan orang tua terjadi misscomonication. Jadi keakraban diantara orang tua dengan anak juga harus terjaga. Sebab itu juga akan menjadi kunci bagi anak untuk tidak merasa enggan meniru dan menuruti apa yang diinginkan dan dikehendaki orang tua. Dan sebaliknya, ketika komunikasi yang baik antara keduanya tidak ada. Itu sangat memungkinkan anak enggan meniru atau menuruti apa yang menjadi anjuran orang tua. Bahkan (semoga saja tidak), bisa-bisa anak malah membenci orang tua. Dengan demikian nantinya yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak adalah keberadaan orang tua, bukan lagi televisi atau media lain yang minim nilai pendidikannya.
Nah itulah pesan dari ungkapan Seto Mulyadi yang harus senantiasa diperhatikan oleh para orang tua. Tauladan yang baik, curahan kasih sayang, memperhatikan pendidikan bagi anak harus senantiasa menjadi aktifitas yang dilakukan oleh orang tua. Sebab itu akan menjadi kunci keberhasilan bagi pendidikan anak dan juga menjadi penentu masa depan yang cemerlang bagi anak. Sebab kepribadian yang baik juga akan terbentuk dari proses yang baikpula..
Sehingga Sebaliknya yang akan terjadi, jika orang tua kurang memperhatikan kebe radaan anaknya, bahkan acuh tak acuh de ngan aktifitas yang dilakukan anaknya. Anak mau berbuat apa, mau berteman dengan siapa, dan mau belajar atau tidak, itu tidak dipikirkan atau bahkan tidak diperhatikan sama sekali oleh orang tua. Maka jangan terlalu berharap banyak anak akan menjadi baik, akan mampu menjadi penerus keluarga, agama, bahkan bangsa yang baik. Malah tidak menutup kemungkinan ia (anak) menjadi anca man, beban yang tidak bermanfaat kepada orang lain, termasuk orang tuanya, bahkan dirinya sendiri. Meski anaknya disekolahkan disekolah faforit sekalipun, itu bukan jaminan akan menjadi anak yang baik tanpa adanya perhatian khusus dari orang tuanya.
Akhir tulisan penulis ingin menyampaikan harapan besar, yakni semoga apa yang ditulis ini mampu memberikan pencerahan, bagi para orang tua, bagi semua masyarakat, khususnya penulis pribadi untuk betul-betul memperhatikan yang namanya pendidikan. Sebab harus diakui, ini memang menjadi tonggak masa depan semua orang. Utamanya pendidikan keluarga yang diberikan orang tua kepada anak Wallahu A ‘lam Bissowab.


Kamis, 24 Desember 2009

Status praesens Profesi guru

“Alangkah terkejutnya anak ini melihat patung guru tidak lagi kuning berkilauan karena lapisan emasnya sudah berubah hitam kehijauan, tak se dap dipandang mata. Dia kemudian lari berteriak sepanjang jalan,..” kulit emas Patung Guru sudah terkelupas... lapisan emas Patung Guru sudah terkikis habis... Patung Guru hitam pekat seperti hantu... “Semua orang mendengar teriakan itu. Teriakan ini diulang dari mulut ke mulut. Radio kota turut menyiarkan berita itu. Seluruh kota men jadi gempar. Maka tidak seperti biasanya, seluruh penduduk membanjiri alun-alun untuk melihat Pa tung Guru. Idiih..., sungguh menjijikkan rupa Pa tung Guru sekarang. Mana lapisan emasnya ? ki ni hitam pekat, pedih mata melihatnya, mual perut karenanya” (Cerpen Patung Guru, 1984).




Begitulah kira-kira gambaran “status praesens”” (masa kininya) profesi guru. Guru sebagai salah satu sub komponen input instrumental, meru pakan bagian dari sistem yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Tidak berlebihan bila dika takan bahwa sukses tidaknya pendidikan bangsa terletak ditangan guru. Namun anehnya, guru sebagai sebuah citra, guru sebagai profesi justru menga lami involusi. Guru dikunci mati pada kedudukannya sebagai instrumen.

“Status praesens” guru hanyalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Komplain, opini, usul serta beragam protes, terutama yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan guru, yang secara pasti akan berpengaruh terhadap citra dan martabat profesi guru, lenyap begitu saja atau berhenti dita raf “kami tampung”.

Lebih dari itu, sebagaimana tersirat pada cerpen Patung Guru (yang tidak lagi terawat tersebut) diatas, posisi sosial guru dalam status masyarakat pun, tampaknya juga mulai bergeser. Guru tidak lagi memiliki legitimasi sosial terhormat dan bermar tabat. Guru tidak lagi dijadikan sebagai sumber informasi, bahkan dalam banyak hal, guru tidak la gi dijadikan sebagai patron teladan. Peran guru di masyarakat sebagai sumber informasi digantikan oleh “anak buah” teknologi yang lebih canggih lewat media televisi dan internet. Makna luhur yang tersirat dibalik Hynne guru “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” pun nadanya telah berubah menjadi sebuah elegi getir yang sarat parodi dan sindiran.

Sosok guru yang bermartabat dan terhormat pernah muncul ketika institusi pendidikan kita masih berbentuk pertapaan dan padepokan yang begitu bersahaja. Konon, guru atau resi pada masa itu benar-benar menjadi figur panutan, pinunjul, mum puni, berwibawa, dan disegani. Institusi pertapaan tak ubahnya “kawah candradimuka” , tempat seorang resi menggembleng para siswa (cantik) agar kelak menjadi sosok yang arif, tangguh, kaya ilmu, memiliki kepekaan moral dan sosial yang tinggi. Di mata masyarakat, kehadiran sang resi begitu tinggi citranya. Bermartabat, terhormat, dan memiliki legiti masi sosial yang mengagumkan. Masyarakat be nar-benar respek terhadapya. Apresiasi masyarakat terhadap profesi resi atau guru menjadi sumber informasi, sumber “sugesti”, atau sumber inspirasi masyarakat dalam mengatasi masalah keseharian.

Apakah guru masa kini masih mampu mengintemalisasi sifat-sifat seorang resi dalam mengem ban misinya sebagai pengajar atau pendidik ? Ma sihkah masyarakat menghargai atau memiliki apresiasi yang baik terhadap profesi guru ? Agaknya, mengharapkan sosok guru yang pinunjul, mumpu ni, dan disegani terlalu berlebihan pada saat ini. di hadapan siswanya, kata-kata guru bukan lagi “sab da panditiratu” yang mesti diturut. Bahkan dalam banyak hal, guru harus lebih sering mengelus dada, merenungi nasibnya yang kurang beruntung. Be lum lagi aksi-aksi pelecehan (harassment) yang menimpa seorang guru. Seperti aksi pemukulan se jumlah siswa terhadap seorang guru pengawas UAN pada salah satu SMA di Jawa Timur yang ter jadi beberapa waktu yang lalu. Sebuah pengharga an yang kurang beruntung dari sebuah profesi mu lia. Bahkan dengan tingkat kesejahteraan yang mi nim, status sosial guru semakin tersisih ditengah-tengah masyarakat yang mendewakan hal-hal yang bersifat duniawi dan kebendaan.

Guru pada masa kini, tampaknya telah ditindih banyak beban. Pertama, tugas berat yang diemban nya kurang diimbangi dengan tingkat kesejahteraan yang memadai. Gaji guru yang kecilpun masih dipe ras dengan beragam potongan dengan dalih untuk keperluan dana sosial, asuransi, urusan korps atau pungutan lainnya. Anehnya, guru tidak bisa berkutik. Sikap penuh nilai pengabdian, loyalitas, dan tanpa pamrih, agaknya telah membuat guru tak mau ber singgungan dengan konflik. Mereka memilih diam daripada menyuarakan kenyataan pahit yang dira sakannya.

Kedua, guru sering dijadikan “kendaraan” untuk kepentingan tertentu. Guru tidak banyak pilihan. Kebebasan dan kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat telah dibatasi oleh simbol-simbol tertentu. Guru harus menjadi sosok yang nrimo, pasrah, dan tidak banyak menuntut.

Ketiga, harapan masyarakat yang terlalu “perfeksionis” dan berlebihan. Dalam kondisi yang tidak menentu, masyarakat tetap menuntut agar guru memiliki idealisme sebagai figur pengajar dan pen didik yang bersih dari cacat hukum dan moral. Gerak gerik guru selalu menjadi sorotan. Melakukan pe nyimpangan moral sedikit saja, masyarakat ramai-ramai menghujatnya. Ironisnya, harapan yang ber lebihan itu tidak diimbangi dengan apresiasi masya rakat yang proporsional. Profesi guru dimata masya rakat masa kini telah kehilangan pamomya, tidak la gi dianggap sebagai pekerjaan yang luhur dan mulia.

Dan Keempat, para siswa dan pelajar masa kini semakin masa bodoh terhadap persoalan-per soalan moral, terjebak kedalam sikap instan. Akibat nya, guru merasa kehilangan cara terbaik dan pu nya nilai edukatif dalam menangani prilaku pelajar. Beratnya beban yang mesti dipikul guru pada masa kini, jelas memerlukan atensi serius dari berbagai kalangan untuk memposisikan guru pada aras yang lebih proporsional dan manusiawi. Reaktualisasi peran dan gerakan penyadaran dari semua pihak sangat diharapkan untuk memulihkan citra guru. Tentu 8 saja misi luhur tersebut harus diimbangi dengan intensifya pendidikan keluarga sebagai ba sis penanaman dan pengakaran nilai moral, buda ya, dan agama kepada anak.

Disisi lain, pemerintah perlu memikirkan kembali perbaikan kesejahteraan guru. Dengan tingkat ke sejahteraan yang lebih baik dan manusiawi lagi, maka guru akan lebih terfokus pada tugasnya, se hingga tidak berfikir lagi untuk mencari pekerjaan sambilan sebagai tukang ojek, penjual rokok ketengan, atau makelar yang bisa menurunkan wibawa dan citra guru dimata masyarakat dan peserta didiknya. Tidak kalah pentingnya juga adalah apresiasi masyarakat yang cukup manusiawi tentang profesi guru. Memikirkan dan memberikan apresiasi yang cukup proporsional terhadap tugas mulia guru, iden tik dengan memikirkan nasib masa depan negeri ini. Bukan malah membalas “air susu” guru dengan air comberan, Semoga Patung Guru bisa terawat sehingga kembali kuning berkilauan .


Rabu, 23 Desember 2009

"pix3l" itu kami

Hii tman,,, aku akan mncritakan sebuah kisah dri suatu tmpat yg tk asing Lg kita dngar yaitu PIX3L..
taukah xan ap itu PIX3L..?
PIX3L adlah nma sbuah kLas yg dihuni oLeh org" yg asik..seru..n gokil....
mereka adLh....

AdLi: cow yg satu ini brasaL dri MTS IT,,, prtama x aku kira dy ank yg pndiam trnyta stelah bbrpa hri kLuar deh sfat asLiny,,, yg baek hati, pmaav, ska ktwa,,,trus ska bLng bnyk" bca ayat kursi biar Lncar...
Amirah: cew satu ini brasL dri SMPN 1 PKU,, seorg bu SEKRETARIS 2 yg gk prnh krja,,dy ank yg asik diajk ngbroL,,dan jg dy souLmatenya tia pkoknya tiada hri tnpa mgejek tia deh...
Andriyani: cLon aksel stu ni brasL dri SMPN 8 PKU,, dy adLh gru kmi,, pkoknya aku acungkan jempoL deh bwt bu guru
Cynthia: dy ini orgnya pndiam dan ska bged yg nmy film korea...
Deni : cow ni dibLng gembel sma tia tpi deni gk prnah mrah y kLU di bLng kyak gtu... wah deni baik hti y... wkwkwkwkwk :P
Dimo: y ampun kLu yg ini bda bged dgan deni... cow yg ska bged mnirukan gya pk nurben ini sring mmbwat suasna kLas mnjdi rame,,, apLgi dgn hitsnya yg TALAALBAAH... ckckckckkck
Dwika: cew yg sbngku dgan santa ini kLu dah dikLas ska ktwa brdua,, aku aj bngung tah ap yg diktwakan hemhem...
Faishal: cow yg ini Lain Lg.. kLu si dimo sLaLu smgat eh dy mLah Lmas.... (kok Lmas trus si can ayo SEMANGAT) hahha
Firdaus: ini dy yg ngkunya pndai grafiti (damai us),,, dya ini sring sma firman prgi skoLh breng, pLng breng, kmana" breng hayo ad ap ini?
Firman : ini dy caun... cow yg digosipin sma dhita,,, ayo un curi hati dhita...
Firstcilia : gtw ak gmna dya...
dya misterius...
haha...
Ghariza: cew yg mngaji pLing cepat,,, tpi ak ska dngar iza ngji enk bged iramany
Herta : cow mngiL yg sring kmi gngguin krna dy yg pLing kciL umrny dan gk prnah mnggiL kmi kakak
Ikhwanul : sang ketua kelas., cow pLing tinggi dikLas,,, souLmateny ican,, sang pemain basket.
Irman : ni dy faizun tmpat ak crhat dn bsa diandaLkan (promosi)... hahahaha seorg WKIL KETUA OSIS SMAN8 hidup faiz
Jogy : sang cLon aksel pcarny novan,ska bged brfto,, trus ska bLng jgn gnggu ak ,first,,, cattn ak sma kmu first
Lailatul: ni bu SEKRETARIS 1 sang cLon aksel dy ank yg sangd mnynangkan mnrutku...
Lindah : sang Lon akseL dn cew yg pendiam x kLu di kLas...
M. Rizki : nah ini si Rirro sang cLon akseL jga hahhaha dy adLh WKIL KETUA KELAS yg gk ad krja... trus ska diejek intan krna dy bLng gaul gahol... hahahha
Mahira: mahik ku hahahaha dy ank yg ngesms ak wktu gk skLah... hhhhaa kgenkan sma ak mahik (pede)
Meiliana: nah ini dya yg ska teriak dn sring di gngguin sma dimo n rirro sabar y bu...
Melizza: bu BENDAHARA 2 dy pLing ska bLang ke first," bwa kaca...? "
Mia : cew yg ska fto ini jg pnggmar BBF dy jg tmn yg bsa diandLkan utk curhat
Rara : cew yg ska bged shLt dhuha (waw alim y...)
Santa: cew yg satu ini kLu ktawa bsa disngka nngis smpai" si dwika aj bLang udhLh santa... pkokny ak gk prnah tw ap yg mreka Lkukan berdua...
Suci: cew pnggmar fanatik harpot ni tergLa" x sma smua pemain harpot smua mntra harpot aj dy hafaL
Tia Austin : nah in dy si titeng yg ska di bLng ibLis sma mira... tp cew yg rda tmboy ini prnh mng fashin show busana musLim (waw keren )
Try Intan: cew yg dbLng miang sma pk ibrahim ini emng ska bged gngguin daus tpi itu dLu krna skrg dy dah dpat cow hahahahaha
Zarra : cew yg ska ngobrol sma mahira, n melizza ini ska x main hp... (mbak dlm pLjran hp mhon dismpan y)
Zikra : nah ini tman ak crita tntng BBF dn dy nma yg pLing singkat, padat, dn berisi yg ska diejek oLh dimo dgan gya pk nurben zikrak...

Nah ituLah tingkah Laku ank kLas X.3 yg mmbwat ak tertwa setiap harinya...
ak gk mw pisah sma xan teman... dan ak mnta maap y kLu ad kata" yg mnyinggung xan ak mnta maap sebesar- besarnya....
dan apbLa kita berpisah jgn sombong y teman...
i Love u friend...

Minggu, 20 Desember 2009

Guru, Pahlawan Penuh Jasa

ADA banyak gelar yang diberikan kepada guru, pahlawan tanpa jasa, namun menurut saya, GURU adalah Pahlawan Penuh Jasa, karena hanya melalui gurulah orang dapat mempelajari sesuatu yang baru. Guru dimaksud tidak hanya yang ada dilembaga formal belaka, namun yang bersifat universal.

Tidak akan ada birokrat, teknokrat, legilatif, eksekutif, legislatif, tanpa kehadiran guru. Bahkan gembong teroris, Dr. Azahari, belajar membuat bom, sudah pasti dari guru.




Guru adalah key person dalam setiap pembelajaran agar setiap insani menjadi kritis terhadap setiap situasi dan adaptif terhadap kemajuan teknologi. Sebenarnya, apa peran guru sehingga layak disebut pahlawan penuh jasa? Pertama, guru sebagai pendidik. Peran guru begitu urgen, karena dengan mendidik, guru memelihara dan memberikan arahan yang berupa ajaran, tuntunan, pimpinan tentang sifat-sifat yang baik dan juga tentang kecerdasan pikiran (IQ). Meskipun, untuk suksesnya, peserta didik tidak cukup hanya cerdas pikiran, tetapi juga perlu cerdas emosional, cerdas spiritual, dan cerdas adversitas.

Kedua, guru sebagai pembimbing. Guru memberikan bimbingan yaitu memimpin, mengasuh, dan menuntun peserta didik untuk mengetahui lebih banyak hal yang akan dihadapi. Membimbing berarti guru memberikan petunjuk, asuhan, dan memberikan penjelasan tentang cara mengerjakan dan banyak hal yang perlu diketahui oleh peserta didiknya. Jadi, dengan menjadi pembimbing berarti guru adalah orang yang membimbing, memimpin dan menjadi panutan peserta didiknya.

Ketiga, guru sebagai fasilitator. Guru adalah penyedia, fasilitasi, sarana untuk mencerdas kan peserta didik. Guru menjadi disigner untuk terjadi pembelajaran. Guru menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga peserta didik menjadi berdaya, karena dengan pembelajaran yang menyenangkanlah peserta didik dapat mengolah informasi yang diperlukan untuk lebih adaptif di masa yang akan datang. Dalam peranan ini antara guru dan peserta didik berada sejajar, sebagai mitra untuk memperoleh dan mengolah informasi yang telah disepakati.

Keempat, guru adalah pengajar. Pengajar berarti orang yang mengajar atau memberikan petunjuk kepada peserta didik agar informasi diketahui oleh peserta didik. Menyampaikan informasi (transfer of knowleg) untuk

diketahui dan digunakan agar peserta didik dapat mengisi dan

mengkondisikan dirinya ditengah kemajuan dan perkembangan zaman.

Kelima, guru adalah pembelajar sepanjang masa. Setelah tamat dari

universitas, tentu guru harus belajar lagi, tidak cukup hanya mengandalkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah, karena ketika mengajar guru akan menghadapi tantangan dan rintangan yang tidak kecil, untuk itu sebagai guru kita harus menjadi manusia pembelajar yang rajin membaca buku, tanda-tanda zaman, dan juga perlu mendengarkan setiap informasi yang baik untuk menjadikan guru lebih dari sekedar hanya penjejal ilmu saja. Dari kelima peranan di atas, layaklah kita merenungkan peran guru ditengah derasnya arus globalisasi. Apakah peranan anda sebagai guru?

sebagai pendidik atau pembimbing atau fasilitator atau pengajar ataukah pembelajar? Selamat memilih?


Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Sungguh mulia “gelar” yang diberikan bagi para guru di Indonesia. Namun, seperti kata judul di atas, apakah seorang guru masih layak menyandang predikat tersebut? Menurut hemat saya, sebelum mengkaji topik tersebut lebih dalam, kita haruslah sedikit mengubah judul di atas. Ya! Menjadi “Apakah setiap guru masih layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa?”. Mengapa demikian? Sebab saya rasa tidaklah bijak untuk menghakimi guru secara profesi. Maksudnya, saya disini ingin menekankan, bahwa tidak semua pencuri itu jahat. Demikian pula, tidak semua ustadz itu baik. Karena itulah, jangan sekali-kali mengadili secara global. Hendaknya kita menilai secara individual. Artinya, kita jangan memukul rata bahwa semua guru itu begini, semua guru itu begitu, dan lain sebagainya. Meskipun secara dominan, anggaplah 99 dari 100 guru kita anggap tidak layak menyandang predikiat di atas, kurang bijak jika kita menulis “Guru tidak layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa”. Atau sebaliknya, jika 99 dari 100 guru kita anggap qualified sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, janganlah menulis “Guru memang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa”. Lho, mengapa begitu? Kasarnya, kita dapat mengatakan, “Lho, di pernyataan pertama itu kan kasihan seorang guru yang layak disebut pahlawan tanpa tanpa jasa. Dia harus dipandang sebelah mata hanya karena teman-temannya tak layak mendapat julukan yang sama”. Dan, untuk pernyataan yang kedua tentu saja seperti yang anda pikirkan, “Lho, enak banget tuh si guru yang ‘tidak layak’. Gara-gara teman-temannya yang ‘memenuhi syarat’, ia ikut-ikutan juga”. Praktis bukanlah yang terutama. Jangan sampai karena adanya “minat” yang berlebihan untuk melakukan penyederhanaan terhadap yang kompleks, masyarakat kita yang sudah bingung ini semakin dibingungkan oleh argumen kita.
Menurut Amin Tjiasmanto, seorang warga Graha Famili, Surabaya Barat, yang menentukan layak tidaknya guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, hal itu dikembalikan lagi kepada sang guru. , tutur pria kelahiran Kuala Simpang 76 tahun silam tersebut. Lalu, bagaimana dengan banyaknya tudingan bahwa guru sekarang hanyalah mementingkan materi daripada kualitas mengajarnya? “Sudah saya katakan, yang penting adalah dedikasinya bagi negara. Namun, saya ingin bertanya kepada mereka (yang menuding guru cenderung meterialistis), berapakah gaji guru? Apakah sudah mencukupi? Lebih banyak mana dengan gaji orang kantoran? Sulit mana pekerjaannya? Besar mana tanggungjawabnya?”. “Saya rasa, uang yang didapatkan guru tidak pernah melunturkan citra guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mengapa, karena gaji guru itu, entah berapapun jumlahnya, adalah sebagai suatu balas jasa atas pengorbanannya. Kan tidak mungkin guru disuruh berkorban ngajar dan tidak diberi makan. Gaji guru sebagai tanda terima kasih kita untuk pengorbanan guru. Apalagi, uang itu kan untuk beli nasi juga? Untuk menghidupi keluarga juga? Namun, lain lagi kalau orang yang menjadi guru karena tidak ada profesi lain. Apalagi, jika mereka mengajar asal-asalan. Jelas tidak pantas menyandang julukan mulia tersebut”, lanjut Bapak Amin lagi.
Pendapat Bapak Amin Tjiasmanto ternyata diamini juga oleh Pujiarto, seorang pria berusia 21 tahun asal Banyuwangi yang mengadu nasib di kota Pahlawan. “Guru itu memang pahlawan tanpa tanda jasa. Uang yang diterima guru kan untuk makan juga. Masa guru tidak boleh terima uang? Kita harus tahu terima kasih kepada bapak-ibu guru. Kita bisa baca-tulis, dan lainnya apakah bukan karena guru? Namun itu guru yang baik, lho. Ada juga guru yang karepe dhewe (seenaknya sendiri), ngajar kalau mood saja, dan tidak mementingkan perkembangan anak didiknya, yang penting dapat gaji. Mereka itu kudhu digantung ning wit wae (sebakinya digantung di pohon saja)”, ujarnya dalam wawancara yang dilakukan Sabtu (26/4) malam.
Benjamin Widjojo, seorang warga Kencanasari Timur menambahkan, bahwa seyogyanya kita menghargai guru kita. “Kita pandai karena guru. Jadi, jangan banyak prasangka lagi tentang guru. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Apalagi, kita bisa mengeluarkan argumen yang memojokkan guru seperti sekarang ini, bukankah itu adalah sebuah bukti tak terbantahkan bahwa kita telah dididik guru menjadi manusia yang cerdas intelektual?”, paparnya. Hanya itu? Tidak. Dalam wawancara yang dilakukan Minggu (27/4) malam itu, Bapak Benjamin juga mengecam guru yang tidak memajukan pendidikan Indonesia. “Guru-guru yang tidak pantas mengajar, karena memang tidak kompeten misalnya, mundurlah dahulu. Belajar kembali sebelum maju. Guru yang terlalu tua, jangan ngotot mengajar. Beri kesempatan bagi yang muda. Dan hendaknya guru memfokuskan perhatiannya hanya kepada dunia pendidikan. Bonus, tunjangan, dan lain sebagainya jangan terlalu diperhatikan. Ya, itu yang namanya pengorbanan. Jangan ngisin-ngisini . Gara-gara sedikit guru yang begitu, nama guru secara keseluruhan jadi tercemar. Gara-gara cabai sedikit, pedaslah semangkuk gulai (versi lain dari peribahasa ‘karena nila setitik, rusaklah susu sebelanga’) ”, tambahnya lagi dengan suara berapi-api.
Dari pendapat Bpk. Amin, Sdr. Pujiarto, serta Bpk. Benjamin, dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan di antara pendapat mereka, yakni bahwa kita harus bisa membedakan, mana guru yang memang pahlawan tanpa tanda jasa, dan mana guru yang tidak layak menyandang predikat tersebut. Karena itu, janganlah kita sekali-kali mencap sebuah profesi sedemikian rupa, namun, haruslah kita menilik dari individu ke individu yang lain. Seperti yang saya katakan di awal tadi, jangan sampai ada pihak yang dirugikan (seorang guru ‘baik’ yang harus rela disebut ‘jelek’ karena rekan-rekannya), dan jangan juga ada pihak yang diuntungkan (seorang guru ‘jelek’ yang disebut ‘baik’ karena rekan-rekannya banyak yang ‘baik’).
Maka dari itu, sekarang kita dapat menjawab pertanyaan yang juga menjadi judul bacaan kecil ini, “Seorang Guru, Masihkah Layak Disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?”. Jawabannya, tergantung masing-masing guru yang bersangkutan. Apabila seorang guru memiliki dedikasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan Indonesia, serta tak kenal lelah dan sepenuh hati dalam membimbing siswa, dan memiliki cita-cita yang luhur dalam mengembangkan pendidikan Indonesia, tidak perlu ragu lagi (dan jangan mengungkit lagi soal gaji!). Memang beliau adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Namun, sebaliknya. Jika seorang guru hanya mengajar asal-asalan dan hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan perkembangan siswa, dan tidak mengajar dengan baik, jangan ragu untuk menegurnya, “Pemisi, Bapak / Ibu, tolong jangan menjadi guru ya. Kasihan, nanti gara-gara Bapak / Ibu, guru-guru Indonesia dicap buruk oleh masyarakat”.
Ya, hanya seorang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” yang layak mendidik negeri ini. Terima kasih, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa


Rabu, 16 Desember 2009

Guru, bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa

“Terpujilah wahai engkau Ibu Bapak guru…
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua jasamu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terimakasih ku ‘tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahalawan bangsa
. . . . . . . . . . . . . . . . “
Stop!!! Jangan dilanjutkan!





Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu, bahwa pada tanggal 8 November 2007, Sartono, sebagai pencipta Hymne Guru, disaksikan oleh Dirjen PMPTK Depdiknas, Dr. Fasli Jalal Ph. D dan Ketua Pengurus Besar PGRI HM. Rusli, telah menandatangani surat resmi tentang penggantian lirik terakhir dari Hymne Guru tersebut. Kata-kata “tanpa tanda jasa” diganti menjadi “pembangun insan cendekia”. Sehingga Hymne tersebut diakhiri dengan “Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia.” Sebuah langkah yang mungkin dirasa lumayan bijak untuk mengakhiri “penderitaan” guru yang tak kunjung hilang.
Guru seringkali menjadi korban ketidakadilan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Prediket pahlawan tanpa tanda jasa, seolah-olah dimaknai dengan guru memang wajar jika tak mendapatkan balas jasa atas usahanya, atau minimal harus merasa cukup dengan balas jasa yang alakadarnya karma toh memang pahlawan tanpa tanda jasa. Padahal makna hakiki dari “pahlwan tanpa tanda jasa” adalah bahwa jasa guru begitu besar sehingga tidak ada satu tanda jasapun yang sebanding untuk membalas jasa yang telah diberikannya.
Guru adalah tonggak pembangun dari sebuah bangsa. Gurulah yang memiliki peran besar dalam menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang berilmu dan berkualitas. Kita tentunya masih ingat saat Jepang dihancurkan oleh Sekutu dengan membombardir kota Hiroshima dan Nagasaki. Hal yang pertama kali ditanyakan oleh kaisar Jepang ketika itu adalah berapa dari guru-guru mereka yang selamat. Mengapa yang ditanyakan bukan anggota parlemen, bukan dokter, pengusaha, atau arsitek (untuk merancang kota kembali mungkin!), mengapa harus guru dan mengapa bukan yang lain.
Dan mari kita saksikan apa yang terjadi dengan Jepang saat ini jika kita bandingkan dengan bangsa kita, “Indonesia tercinta”. Jepang melejit bagai roket, sedangkan kita bangsa Indonesia terseok-seok dilanda berbagai macam krisis, mulai dari ekonomi, politik, pendidikan hingga moral. Padahal Jepang dan Indonesia bangkit dari keterpurukan pada saat yang sama. Jepang mulai bangkit kembali dari kehancurannya setelah tanggal 6&9 Agustus 1945, dan Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi kenapa mereka lebih maju? Jawabnya karma mereka mampu berfikir bijak tentang apa yang semestinya dilakukan Mereka tahu bahwa majunya sebuah Negara sangat ditentukan oleh pendidikan. Kunci dari pendidikan itu adalah guru. dan pemerintah Jepang sangat menyadari hal itu. Maka lihatlah mereka sekarang. Jepang menjadi ikon untuk sebuah kemajuan. Sekarang mari lihat bagaimana keberadaan guru di Indonesia.
Gaji guru tetap rendah meski biaya pendidikan semakin tinggi. Kalau dihiting-hitung. adakalanya seorang guru ada yang tidak sanggup menyekolahkan anaknya sendiri pada sekolah tempat dia mengajar. Apalgi kalau sekolah tersebut termasuk favorit, karena akan semakin tinggi biayanya Belum lagi kisah guru yang bahkan harus menjadi seorang pemulung untuk mencukupi biaya hidup keluarganya (lihat kisah “Kepala sekolahku seorang pemulung). Sebuah film documenter yang mendapat sambutan “wah” dari berbagai kalangan. Menyedihkan memang, bisa kita misalkan dengan ketika seorang guru mengajarkan kepada siswanya bahwa makanan yang baik itu adalah makanan 4 sehat 5 sempurna, justru pada saat yang sama dia sedang “megap-megap” memikirkan bagaimana memberi makan keluarganya dengan gaji yang tidak seberapa. Itu baru hanya agar dapat makan 3 kali sehari, apalagi memikirkan yang bergizi. Jauh . . . dan mungkin hanya mimpi!
Bagaimana dengan sertifikasi?
Pasti pertanyaan itu yang akan muncul kemudian. Bukankah setelah sertifikasi gaji guru saat ini menjadi lebih baik? Masalahnya sekarang adalah, dari semua guru yang ada di Indonesia, berapa persen yang sudah dapat sertifikasi? Tambahan, ini Indonesia Bung! jangan menutup mata dari banyaknya kolusi yang terjadi. Asal ada koneksi yang bisa memuluskan jalan, maka orang itulah yang pertama akan dapat sertifikasi, meski mungkin dia belum layak untuk mendapatkannya (mungkin ada yang akan berfikir bahwa ini hanya sentiment pribadi . . .tidak masalah, karma saya yakin orang itu pasti belum lama tinggal di Indonesia sehingga bisa jadi dia belum mengenal “apa” dan “siapa” “Indonesia” ! ^_^, sengaja dikasih tanda kutip agar pembaca bisa memaknainya sendiri)
Apa akibat dari rendahnya gaji guru terhadap dunia pendidikan?
Dalam hidup ini ada yang namanya factor sebab akibat. Secara teori, sebelum mengajar guru haruslah mempersiapkan bahan ajar, mulai dari media mengajar sampai bahan latihan, kapan perlu guru harus bisa lebih kreatif agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa. sehingga apa yang mereka ajarkan benar-benar matang dan gampang dicerna. Pastinya itu butuh waktu dan dana. Namun masalahnya adalah, banyak diantara guru-guru yang harus menggeluti pekerjaan sampingan untuk dapat menutupi biya hidup (terutama yang sudah berkeluarga). Akibatnya, mereka tidak punya waktu lagi untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Alhasil, proses belajar-mengajar di kelas menjadi monoton dan cendrung membosankan sehingga transfer ilmu menjadi tidak optimal. Lantas dengan kondisi seperti ini, apa kita pantas menyalahkan guru? terkadang kita juga harus belajar untuk menilai dengan manusiawi. Guru juga manusia. Mereka butuh makan untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam hal ini saya bukan berarti membenarkan guru yang demikian, namun yang tidak bisa saya terima adalah ketika semua kesalahan ditimapakan kepada mereka. Bahkan ketika ada kasus pembocoran soal ujian pun, pasti guru yang disalahkan (tentang ini insya Allah akan saya bahas pada tulisan selanjutnya).
Ada sebuah budaya social dilingkungan kita (saya ambil daerah saya, West Sumatera) bahwa ketika ada seorang anak yang pintar, hebat dan berprestasi, maka lontaran yang keluar dari orang tuanya adalah “anak siapa dulu!”, tapi coba kita lihat ketika anaknya kurang cerdas (kalaupun tidak etis dibilang bodoh), nakal dan bikin susah orangtua, maka orang tuanya akan bilang, “Apa ini yang diajarkan guru kamu disekolah?”. Ini adalah sebuah ketidak adialan social yang sudah mendarah daging dalam masyarakat. Suka mencari kambing hitam. (mungkin karma yang putih jarang kali ya . . .)
Guru seringkali disalahkan atas ketidakberhasilan seorang anak. Guru dikambing hitamkan atas buruknya moral anak. Guru, guru dan guru lagi. Semua salah guru. Karma tugas guru adalah mendidik. Karma anak disekolahkan agar menjadi baik, agar pintar dan jadi orang. Jarang orang-orang yang paham bahwa tugas mendidik itu tidak hanya tugas sekolah, tugas guru. Tapi tugas semua aspek yang terkait dengan sang anak. Terutama orang tua. Kita ambil contoh mudah, jika disekolah siswa dilarang merokok, namun ketika si anak melihat ayahnya dirumah dengan santai merokok diruang keluarga, di depan anak-anaknya, lalu dimana salah guru ketika anak tersebut akhirnya menjadi perokok juga?
Ada fenomena menarik namun sangat disayangkan yang tejadi di abad ke-21 ini terkait dengan keseimbangan pendidikan yang didapat seorang anak dari sekolah dan dan orang tuanya. Saya masih ingat, ketika saya masih duduk di sekolah dasar hingga SMP (anda mungkin juga ingat bagaimana masa kecil anda), ketika saya dimarahi oleh guru disekolah, maka sedikitpun tidak terfikir untuk mengadukan hal itu ke ayah atau ibu saya. Yang ada justru saya takut seandainya mereka tahu, karna yang akan saya dapatkan adalah hukuman yang lebih lagi. Yang mereka pahami adalah kalau saya dimarahi guru berarti saya telah melakukan hal buruk di sekolah. Kalaupun saya mengadukan kepada mereka, maka hal yang mereka lakukan adalah bertanya kenapa sampai saya dimarahi, sehingga mereka akhirnya tahu bahwa saya memang telah melakukan hal yang tidak disenangi guru, berkelahi mungkin, atau mengusili teman hingga menangis. Tidak akan ada pembelaan apalagi sampai ada keinginan untuk “melabrak” guru tersebut karma berani memarahi anak kesayangannya.
Namun apa yang terjadi sekarang, saat ini, di sekolah-sekolah mulai SD hingga SMA. Atas nama HAM, guru tidak punya hal lagi untuk memarahi siswa apalagi sampai memukul pakai rotan (saya masih ingat, dulu tangan kami sering dipukuli rotan kalau tidak sholat), jangan pernah coba-coba memarahi siswa apalagi keponakan walikota, senakal apapun. Kalau anda seorang guru, dan anda melakukannya, siap-siap saja orang tua anak tersebut akan datang melabrak anda keesokan harinya. Ini pengalaman pribadi saya ketika sedang praktek lapangan di sebuah SMA terkenal di kota kelahiran saya.
Hasilnya? Silahkan sekarang anda mulai mengamati bagaimana perilaku kebanyakan anak sekolah. Tidak kenal sopan santun, bahkan kurang ajar terhadap guru. Tidak adalagi penghormatan apalagi merasa berhutang budi. Mungkin mereka berfikir uang 100 ribu yang mereka bayarkan setiap bulan sudah setimpal dengan harga ilmu yang mereka dapatkan. Atau mereka selama ini sudah diobok-obok oleh kalimat “guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa” dalam Hymne Guru yang sudah dihapalkan sejak dari SD, sehingga merasa bahwa tidak perlu lagi hormat, toh mereka kan dibayar. Guru harus puas dengan prediket “tanpa tanda jasa”
Untuk itu, saya merasa sangat setuju dengan adanya penggantian lirik tersebut. Sehingga orang tidak lagi memandang status guru sebagai status yang hina, status rendahan bahkan mungkin sampai ada yang malu bercita-cita menjadi guru (karma jasanya tidak dibalas “kalau mau kaya jangan jadi guru”).
Guru adalah sosok yang mulia, tanpa guru tidak akan pernah ada kemajuan, karma tanpa guru, ilmu sebagai dasar sebuah kemajuan tidak akan pernah berpindah tempat, tanpa guru . . .kita bukan apa-apa, bahkan filsafah minangkabau mengatakan “ Alam Takambang Jadi Guru”. Karna guru adalah “Pembangun Insan Cendekia”, maka sudah saatnya guru mendapatkan tempat di hati kita, dihati setiap insan yang cinta ilmu, sudah saatnya guru mendapatkan perlakuan terhormat meski itu tak berarti meminta guru untuk menjadi orang yang gila kehormatan
Teruslah berjuang wahai guru, kembangkan sayapmu dibelantara dunia.

Untukmu negeri . . .
Bagimu Indonesia . . .
Guru-guru kami tercinta
Ada dan bekerja!!!


Sabtu, 12 Desember 2009

Materi Pelajaran PLH


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup".

Dokumen AMDAL terdiri dari :
• Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
• Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
• Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
• Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

AMDAL digunakan untuk:
• Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
• Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
• Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan
• Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
• Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
• Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
• Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
• masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

Daur ulang
Daur ulang adalah proses tuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.
Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah, seperti emas dari prosessor komputer, timah hitam dari baterai, atau ekstraksi material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti merkuri.
Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Proses daur ulang alumunium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan ekstraksi alumunium dari tambang hingga prosesnya di pabrik. Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat dengan mendaur ulang kertas, logam, kaca, dan plastik.
Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah:
1. Bahan bangunan
Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan dengan mesin penghancur, terkadang bersamaan dengan aspal, batu bata, tanah, dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.
2. Baterai
Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus ditangani secara lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih murah untuk didaur ulang.
3. Barang Elektronik
Barang elektronik yang populer seperti komputer dan handphone umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih dapat dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan utama dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski manfaat ekonominya masih belum jelas.
4. Logam
Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.
5. Bahan Lainnya
Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang. Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.
Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan terkadang diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.
Jenis kode plastik yang umum beredar diantaranya:
• PET (Polietilena tereftalat). Umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair.
• HDPE (High Density Polyethylene, Polietilena berdensitas tinggi) biasanya terdapat pada botol deterjen.
• PVC (polivinil klorida) yang biasa terdapat pada pipa, rnitur, dan sebagainya.
• LDPE (Low Density Polyethylene, Polietilena berdensitas rendah) biasa terdapat pada pembungkus makanan.
• PP (polipropilena) umumnya terdapat pada tutup botol minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan.
• PS (polistirena) umum terdapat pada kotak makan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.

Efek rumah kaca
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
Penyebab
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Akibat
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.

Gas rumah kaca
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.
Uap air

Meningkatnya uap air di Boulder, Colorado.
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.
Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.
Karbondioksida
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.
Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.
Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.
Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan temoat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.
Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.



Pemanasan global

Temperatur rata-rata global 1850 sampai 2006 relatif terhadap 1961–1990




Anomali temperatur permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada temperatur rata-rata dari 1940 sampai 1980
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Penyebab pemanasan global
1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari

Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
4. Peternakan (konsumsi daging)
Dalam laporan terbaru, Fourth Assessment Report, yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), satu badan PBB yang terdiri dari 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia, terungkap bahwa 90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin panas. Sejak Revolusi Industri, tingkat karbon dioksida beranjak naik mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir. Tidak main-main, peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer Bumi itu tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir!
IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan manusia, seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, khususnya selama 50 tahun ini, telah secara drastis menaikkan suhu Bumi. Sebelum masa industri, aktivitas manusia tidak banyak mengeluarkan gas rumah kaca, tetapi pertambahan penduduk, pembabatan hutan, industri peternakan, dan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan gas rumah kaca di atmosfer bertambah banyak dan menyumbang pada pemanasan global.
Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi dan berubahnya sistem iklim di bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.
Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim atau disebut International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut .
Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, pembangkit tenaga listrik, serta pembabatan hutan.
Tetapi, menurut Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, "industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). " Hampir seperlima (20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini melampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia!
Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen karbon dioksida, 37 persen gas metana (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), serta 65 persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296 kali lebih lebih kuat dari CO2). Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.
Peternakan juga telah menjadi penyebab utama dari kerusakan tanah dan polusi air. Saat ini peternakan menggunakan 30 persen dari permukaan tanah di Bumi, dan bahkan lebih banyak lahan serta air yang digunakan untuk menanam makanan ternak.
Menurut laporan Bapak Steinfeld, pengarang senior dari Organisasi Pangan dan Pertanian, Dampak Buruk yang Lama dari Peternakan - Isu dan Pilihan Lingkungan (Livestock's Long Shadow-Environmental Issues and Options), peternakan adalah "penggerak utama dari penebangan hutan .... kira-kira 70 persen dari bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak.
Selain itu, ladang pakan ternak telah menurunkan mutu tanah. Kira-kira 20 persen dari padang rumput turun mutunya karena pemeliharaan ternak yang berlebihan, pemadatan, dan erosi. Peternakan juga bertanggung jawab atas konsumsi dan polusi air yang sangat banyak. Di Amerika Serikat sendiri, trilyunan galon air irigasi digunakan untuk menanam pakan ternak setiap tahunnya. Sekitar 85 persen dari sumber air bersih di Amerika Serikat digunakan untuk itu. Ternak juga menimbulkan limbah biologi berlebihan bagi ekosistem.
Konsumsi air untuk menghasilkan satu kilo makanan dalam pertanian pakan ternak di Amerika Serikat
1 kg daging Air (liter)
Daging sapi 1.000.000
Babi 3.260
Ayam 12.665
Kedelai 2.000
Beras 1.912
Kentang 500
Gandum 200
Slada 180
Selain kerusakan terhadap lingkungan dan ekosistem, tidak sulit untuk menghitung bahwa industri ternak sama sekali tidak hemat energi. Industri ternak memerlukan energi yang berlimpah untuk mengubah ternak menjadi daging di atas meja makan orang. Untuk memproduksi satu kilogram daging, telah menghasilkan emisi karbon dioksida sebanyak 36,4 kilo. Sedangkan untuk memproduksi satu kalori protein, kita hanya memerlukan dua kalori bahan bakar fosil untuk menghasilkan kacang kedelai, tiga kalori untuk jagung dan gandum; akan tetapi memerlukan 54 kalori energi minyak tanah untuk protein daging sapi!
Itu berarti kita telah memboroskan bahan bakar fosil 27 kali lebih banyak hanya untuk membuat sebuah hamburger daripada konsumsi yang diperlukan untuk membuat hamburger dari kacang kedelai!
Dengan menggabungkan biaya energi, konsumsi air, penggunaan lahan, polusi lingkungan, kerusakan ekosistem, tidaklah mengherankan jika satu orang berdiet daging dapat memberi makan 15 orang berdiet tumbuh-tumbuhan atau lebih.
Marilah sekarang kita membahas apa saja yang menjadi sumber gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Anda mungkin penasaran bagian mana dari sektor peternakan yang menyumbang emisi gas rumah kaca. Berikut garis besarnya menurut FAO:
1. Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak
a. Penggunaan bahan bakar fosil dalam pembuatan pupuk menyumbang 41 juta ton CO2 setiap tahunnya
b. Penggunaan bahan bakar fosil di peternakan menyumbang 90 juta ton CO2 per tahunnya (misal diesel atau LPG)
c. Alih fungsi lahan yang digunakan untuk peternakan menyumbang 2,4 milyar ton CO2 per tahunnya, termasuk di sini lahan yang diubah untuk merumput ternak, lahan yang diubah untuk menanam kacang kedelai sebagai makanan ternak, atau pembukaan hutan untuk lahan peternakan
d. Karbon yang terlepas dari pengolahan tanah pertanian untuk pakan ternak (misal jagung, gandum, atau kacang kedelai) dapat mencapai 28 juta CO2 per tahunnya. Perlu Anda ketahui, setidaknya 80% panen kacang kedelai dan 50% panen jagung di dunia digunakan sebagai makanan ternak.7
e. Karbon yang terlepas dari padang rumput karena terkikis menjadi gurun menyumbang 100 juta ton CO2 per tahunnya
2. Emisi karbon dari sistem pencernaan hewan
a. Metana yang dilepaskan dalam proses pencernaan hewan dapat mencapai 86 juta ton per tahunnya.
b. Metana yang terlepas dari pupuk kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton per tahunnya.
3. Emisi karbon dari pengolahan dan pengangkutan daging hewan ternak ke konsumen
a. Emisi CO2 dari pengolahan daging dapat mencapai puluhan juta ton per tahun.
b. Emisi CO2 dari pengangkutan produk hewan ternak dapat mencapai lebih dari 0,8 juta ton per tahun.

Dari uraian di atas, Anda bisa melihat besaran sumbangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari tiap komponen sektor peternakan. Di Australia, emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan lebih besar dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Dalam kurun waktu 20 tahun, sektor peternakan Australia menyumbang 3 juta ton metana setiap tahun (setara dengan 216 juta ton CO2), sedangkan sektor pembangkit listrik tenaga batu bara menyumbang 180 juta ton CO2 per tahunnya.
Tahun lalu, penyelidik dari Departemen Sains Geofisika (Department of Geophysical Sciences) Universitas Chicago, Gidon Eshel dan Pamela Martin, juga menyingkap hubungan antara produksi makanan dan masalah lingkungan. Mereka mengukur jumlah gas rumah kaca yang disebabkan oleh daging merah, ikan, unggas, susu, dan telur, serta membandingkan jumlah tersebut dengan seorang yang berdiet vegan.
Mereka menemukan bahwa jika diet standar Amerika beralih ke diet tumbuh-tumbuhan, maka akan dapat mencegah satu setengah ton emisi gas rumah kaca ektra per orang per tahun. Kontrasnya, beralih dari sebuah sedan standar seperti Toyota Camry ke sebuah Toyota Prius hibrida menghemat kurang lebih satu ton emisi CO2.
Mengukur pemanasan global

Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.
Model iklim


Prakiraan peningkatan temperature terhadap beberapa skenario kestabilan (pita berwarna) berdasarkan Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Garis hitam menunjukkan prakiraan terbaik; garis merah dan biru menunjukkan batas-batas kemungkinan yang dapat terjadi.

Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.
Para ilmuan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat. Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca di masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan temperature global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim. Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim di masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini. Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.
Dampak pemanasan global
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan Permukaan Laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Suhu Global Cenderung Meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Dampak Sosial Dan Politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climat change)yang bis berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Perdebatan tentang pemanasan global
Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah temperatur benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan di masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan temperatur. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisa baru tentang temperatur air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: temperatur laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada temperatur rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.
Pengendalian pemanasan global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.
Pencemaran
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
1. Pencemaran air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
• Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
• Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
• Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
2. Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Sumber
Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer semakin meningkat.
Dampak
Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
• Mempengaruhi kualitas air permukaan
• Merusak tanaman
• Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
• Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
• Pencairan es di kutub
• Perubahan iklim regional dan global
• Perubahan siklus hidup flora dan fauna
Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
3. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Dampak
Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1]. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
Penanganan
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.
Detil Protokol
Menurut rilis pers dari Program Lingkungan PBB:
"Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca - karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC - yang dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-12. Target nasional berkisar dari pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia."
Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC, yang diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de Janeiro pada 1992). Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda tangani atau meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak Konvensi UNFCCC pada 1997 di Kyoto, Jepang.
Sebagian besar ketetapan Protokol Kyoto berlaku terhadap negara-negara maju yang disenaraikan dalam Annex I dalam UNFCCC.
Status persetujuan
Pada saat pemberlakuan persetujuan pada Februari 2005, ia telah diratifikasi oleh 141 negara, yang mewakili 61% dari seluruh emisi. Negara-negara tidak perlu menanda tangani persetujuan tersebut agar dapat meratifikasinya: penanda tanganan hanyalah aksi simbolis saja. Daftar terbaru para pihak yang telah meratifikasinya ada di sini.
Menurut syarat-syarat persetujuan protokol, ia mulai berlaku "pada hari ke-90 setelah tanggal saat di mana tidak kurang dari 55 Pihak Konvensi, termasuk Pihak-pihak dalam Annex I yang bertanggung jawab kepada setidaknya 55 persen dari seluruh emisi karbon dioksida pada 1990 dari Pihak-pihak dalam Annex I, telah memberikan alat ratifikasi mereka, penerimaan, persetujuan atau pemasukan." Dari kedua syarat tersebut, bagian "55 pihak" dicapai pada 23 Mei 2002 ketika Islandia meratifikasi. Ratifikasi oleh Rusia pada 18 November 2004 memenuhi syarat "55 persen" dan menyebabkan pesetujuan itu mulai berlaku pada 16 Februari 2005.
Status terkini para pemerintah
Hingga 3 Desember 2007, 174 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan 25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria.
Ada dua negara yang telah menanda tangani namun belum meratifikasi protokol tersebut:
• Amerika Serikat (tidak berminat untuk meratifikasi)
• Kazakstan
Pada awalnya AS, Australia, Italia, Tiongkok, India dan negara-negara berkembang telah bersatu untuk melawan strategi terhadap adanya kemungkinan Protokol Kyoto II atau persetujuan lainnya yang bersifat mengekang. Namun pada awal Desember 2007 Australia akhirnya ikut seta meratifikasi protokol tersebut setelah terjadi pergantian pimpinan di negera tersebut.

Protokol Montreal
Protokol Montreal (lengkapnya: Protokol Montreal atas Zat-Zat yang mengurangi Lapisan Ozon) adalah sebuah traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan ozon. Traktat ini terbuka untuk ditandatangani pada 16 September 1987 dan berlaku sejak 1 Januari 1989. Sejak itu, traktat ini telah mengalami lima kali revisi yaitu pada 1990 di London, 1992 di Kopenhagen, 1995 di Vienna, 1997 di Montreal dan 1999 di Beijing. Dikarenakan tingkat penerapan dan implementasinya yang luas, traktat ini dianggap sebagai contoh kesuksesan kerjasama internasional. Kofi Annan pernah menyebutnya sebagai "Kemungkinan merupakan persetujuan internasional tersukses sampai hari ini..".
Traktat ini difokuskan pada beberapa kelompok senyawa hidrokarbon halogen yang diyakini memainkan peranan penting dalam pengikisan lapisan ozon. Semua zat tersebut memiliki klorin atau bromin (zat yang hanya memiliki fluorin saja tidak berbahaya bagi lapisan ozon).

3R (tri-er) + 1R
Anda pasti sudah pernah mendengar istilah 3R diatas yang sering didengungkan oleh banyak pencinta lingkungan. 3R itu adalah Reduce, Reuse and Recycle. Kita akan tambahkan 3R tersebut menjadi 4R dengan adanya Repair.
Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak “terlalu” butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca koran online, dan lainnya.
Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah memberikan baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan.
Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat sampah yang membedakan antara organik dan non-organik saja tidak jalan. Malah akhirnya lebih banyak gerilyawan lingkungan yang melakukan daur ulang secara kreatif dan menularkannya pada banyak orang dibandingkan pemerintah.
Repair menjadikan 3R menjadi 4R. Repair memang banyak dilupakan oleh banyak orang, dan ini sebenarnya adalah hal yang terpenting di Indonesia. Repair adalah usaha perbaikan demi lingkungan. Contoh memperbaiki barang-barang yang rusak agar bisa kita gunakan kembali seperti sepatu jebol yang kita perbaiki karena dengan begitu kita tidak perlu membeli sepatu baru. Hal lain yang lebih besar adalah reboisasi atau perbaikan lahan kritis karena dengan ini kita bisa memiliki daerah resapan yang lebih besar dan menahan limpahan air yang bisa menyebabkan longsor. Penanaman bakau juga merupakan perbaikan lingkungan. Vulkanisir ban juga repair sehingga dapat kita reuse.
Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan dari repair ini sendiri dan sangat diperlukan di Indonesia. Yang terpenting adalah kreativitas dan kemauan karena tanpa keinginan yang kuat, membuang sampah di jalan pun menjadi mudah. Tapi kalau anda sudah membiasakan diri dengan hidup yang menghargai lingkungan, maka dengan mudah anda dapat menahan diri.
Hujan asam
Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan.
Sumber
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.


Proses yang terlibat dalam pemecahan Asam ( catatan: bahwa hanya SO2 dan NOX memegang peran penting dalam hujan asam).
Pembentukan hujan asam
Secara sedehana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:

Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.
Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.
Sejarah
Hujan asam dilaporkan pertama kali di Manchester, Inggris, yang menjadi kota penting dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852, Robert Angus Smith menemukan hubungan antara hujan asam dengan polusi udara. Istilah hujan asam tersebut mulai digunakannya pada tahun 1872. Ia mengamati bahwa hujan asam dapat mengarah pada kehancuran alam.
Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York Times memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest di New Hampshire tentang of the banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.
Metode Pencegahan
Di Amerika Serikat, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara menggunakan Flue gas desulfurization (FGD) untuk menghilangkan gas yang mengandung belerang dari cerobong mereka. Sebagai contoh FGD adalah wet scrubber yang umum digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Wet scrubber pada dasarnya adalah tower yang dilengkapi dengan kipas yang mengambil gas asap dari cerobong ke tower tersebut. Kapur atau batu kapur dalam bentuk bubur juga diinjeksikan ke ke dalam tower sehingga bercampur dengan gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang ada, Kalsium karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH netral yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber. Oleh karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri.
Di beberapa area, sulfat tersebut dijual ke pabrik kimia sebagai gipsum bila kadar kalsium sulfatnya tinggi. Di tempat lain, sulfat tersebut ditempatkan di land-fill.




Introduction