Senin, 28 Desember 2009

Tulisan dari Wali Kelas (Part II)


Tauladan Orang Tua : Kunci Pendidikan Anak

Oleh : Nurhafni



Mungkin masih lekat dalam ingatan, bahwa dalam teori tabularasa anak yang baru lahir ibarat kertas putih yang masih bersih tanpa noda. Dan lingkunganlah yang akan sangat menentukan akan menjadi apa dan bagaimana keberadaan anak selanjutnya. Kedua orang tua merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Maka secara otomatis keberadaan orang tua akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan sang anak.
Apakah seorang anak akan menjadi orang yang baik atau tidak, maka kedua orang tua yang paling banyak pengaruhnya. Sebab harus diakui orang pertama kali dan paling sering bersentuhan dengan seorang anak adalah kedua orangtuanya. Mulai waktu baru lahir, maka kedua orangtulah yang merawat sampai pada waktu remaja juga orang tua yang merawat.

Kemudian setelah itu, setelah tahu peran penting orang tua bagi anaknya, apa yang harus dilakukan para orang tua dalam mendidik anak, agar anaknya mampu menjadi anak yang baik. Seperti dalam teori tabularasa di atas, karena anak ibarat kertas putih tanpa noda, maka dalam bahasa lain disini orang tua dutuntut untuk bisa memberikan warna yang cerah bagi anaknya.
Warna yang mampu mengantarkan seorang anak menjadi orang yang bermanfaat. Bukan malah memberikan kertas kosong tersebut dengan tinta hitam yang akan menyuramkan masa depannya.
Dengan apa orang tua memberikan pencerahan bagi anaknya, inilah pertanyaan berikutnya yang patut dipikirkan. Tentu jawabannya adalah dengan pendidikan, orang tua harus memberikan bekal bagi anaknya dengan memberinya pendidikan yang baik. Pendidikan yang mampu menjadi bekal dalam kehidupannya kelak. Entah itu pendidikan yang sifatnya kemampuan intelektualitas termasuk juga pendidikan moral. Dua hal itu menjadi satu kesatuan yang harus diperhatikan dan diberikan oleh orang tua kepada anaknya.
Apa yang di sampaikan Seto Mulyadi seorang pemerhati anak dan sekarang ketua Komnas Perlindungan anak dalam acara Kick Andy di Metro TV pada kamis malam (06/03/2008) juga menarik untuk diperhatikan dalam memberikan pendidikan pada anak, bahwa anak merupakan peniru paling hebat se dunia”. Ada beberapa pesan yang disampaikan dari pernyataan tersebut. Pertama, jelas bahwa seorang anak sifatnya suka meniru, mencotoh atau mengikuti apa yang di lihat dan didengar. Apa yang dilihat, baik di televisi atau juga kadang dalam kejadian nyata itu akan juga menjadi modal bagi seorang anak untuk dilakukan. Jika apa yang dilihat merupakan sesuatu yang positif, jelas pengaruhya juga baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dan sebaliknya, jika yang menjadi totonan itu sesuatu yang tidak ada unsur pendidikannya (negatif), maka juga akan berpengaruh tidak baik bagi anak.
Televisi merupakan salah satu media yang kerap kita jumpai di rumah-rumah. Hampir setiap rumah yang ada di Indonesia ada televisinya sehingga jelas itu juga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Sebab sulit menjumpai anak yang tidak akrab dengan televisi pada kesehariannya. Padahal, kita juga sudah tahu sendiri bagaimana tayangan televisi sekarang. Sangat sedikit nuansa pendidikan yang ada di semua tayangan televisi. Apalagi film remaja, yang kebanyakan filmnya hanya menjadikan sekolah sebagai tempat pacaran. Itu jelas sudah bertentangan dengan fungsi sekolah yang sesungguhnya.
Jika demikian yang terjadi, jika media yang menjadi tontonan anak-anak sudah tidak mendidik. Maka kita juga tidak bisa banyak berharap bahwa media, utamanya televisi akam mempunyai pengaruh positif bagi keberadaan anak. Apalagi ketika kita kembalikan pada esensi pesan di atas, bahwa anak sangat hebat dalam meniru maka jelas hal tersebut akan menjadi ancaman bagi perkembangan anak. Sehingga mau tidak mau orang tua disini harus mampu bertindak tegas agar anaknya tidak terlalu menjadikan telivisi sebagai teman kesehariannya. Paling tidak harus ada diarahkan untuk nonton sesuatu yang positif dari tontonan yang ada di televisi.
Dari ungkapan Kak Seto di atas, begitulah panggilan akrabnya pesan yang Kedua, orang tua diharap mampu memberikan tauladan yang baik bagi anak. Media televisi yang selalu akrab dengan anak sudah sulit untuk diharapkan, maka orang tua harus mampu menggantikan posisi tersebut. Artinya, anak yang biasanya sangat akrab dengan televisi, maka itu bagaimana bisa berubah menjadi lebih akrab dengan orang tua. Orang tua juga harus mampu menjadi panutan, tauladan yang baik, dan menjadi tempat curhat bagi anak mengenai segala problem yang ia (anak) alami. Jangan sampai antara anak dengan orang tua terjadi misscomonication. Jadi keakraban diantara orang tua dengan anak juga harus terjaga. Sebab itu juga akan menjadi kunci bagi anak untuk tidak merasa enggan meniru dan menuruti apa yang diinginkan dan dikehendaki orang tua. Dan sebaliknya, ketika komunikasi yang baik antara keduanya tidak ada. Itu sangat memungkinkan anak enggan meniru atau menuruti apa yang menjadi anjuran orang tua. Bahkan (semoga saja tidak), bisa-bisa anak malah membenci orang tua. Dengan demikian nantinya yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak adalah keberadaan orang tua, bukan lagi televisi atau media lain yang minim nilai pendidikannya.
Nah itulah pesan dari ungkapan Seto Mulyadi yang harus senantiasa diperhatikan oleh para orang tua. Tauladan yang baik, curahan kasih sayang, memperhatikan pendidikan bagi anak harus senantiasa menjadi aktifitas yang dilakukan oleh orang tua. Sebab itu akan menjadi kunci keberhasilan bagi pendidikan anak dan juga menjadi penentu masa depan yang cemerlang bagi anak. Sebab kepribadian yang baik juga akan terbentuk dari proses yang baikpula..
Sehingga Sebaliknya yang akan terjadi, jika orang tua kurang memperhatikan kebe radaan anaknya, bahkan acuh tak acuh de ngan aktifitas yang dilakukan anaknya. Anak mau berbuat apa, mau berteman dengan siapa, dan mau belajar atau tidak, itu tidak dipikirkan atau bahkan tidak diperhatikan sama sekali oleh orang tua. Maka jangan terlalu berharap banyak anak akan menjadi baik, akan mampu menjadi penerus keluarga, agama, bahkan bangsa yang baik. Malah tidak menutup kemungkinan ia (anak) menjadi anca man, beban yang tidak bermanfaat kepada orang lain, termasuk orang tuanya, bahkan dirinya sendiri. Meski anaknya disekolahkan disekolah faforit sekalipun, itu bukan jaminan akan menjadi anak yang baik tanpa adanya perhatian khusus dari orang tuanya.
Akhir tulisan penulis ingin menyampaikan harapan besar, yakni semoga apa yang ditulis ini mampu memberikan pencerahan, bagi para orang tua, bagi semua masyarakat, khususnya penulis pribadi untuk betul-betul memperhatikan yang namanya pendidikan. Sebab harus diakui, ini memang menjadi tonggak masa depan semua orang. Utamanya pendidikan keluarga yang diberikan orang tua kepada anak Wallahu A ‘lam Bissowab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction