Minggu, 14 Februari 2010

Burung Pelihara Mumi Berumur 4.000 Tahun


Penelitian yang dilakukan pada sebuah mumi berusia 4.000 mengungkapkan kepercayaan masyarakat Mesir kuno bahwa burung dapat mengawetkan dan melindungi mumi setelah mati.

Mumi berjenis kelamin wanita tersebut sebelumnya ditaruh di Barnum Museum, Connecticut namun kemudian dipindahkan ke Quinnipiac University guna di analisa menggunakan pemindai canggih.


Uji coba tersebut akhirnya menjawab teka-teki keberadaan bungkusan misterius di dalam tubuh mumi. Setelah diselidiki, diketahui bahwa bungkusan tersebut berisi burung yang sengaja dibunuh dan diawetkan sebagai bentuk persembahan terhadap Dewa. Berdasarkan catatan sejarah, persembahan tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga dan melindungi wanita yang meninggal itu saat memasuki kehidupan alam baka. Demikian keterangan yang dikutip dari Daily Mail, Jumat (15/1/2010).

Pemindai canggih tersebut juga membantu para ilmuwan mengetahui lebih banyak hal sewaktu wanita tersebut masih hidup, termasuk usia dan jumlah anak yang dimilikinya.

Mumi yang dinamakan Pa-Ib ini diyakini sebagai manusia yang berasal dari abad 2.000 sebelum Masehi. Pa-Ib berada di Barnum Museum, Connecticut sejak 1890.

Dalam penelitiannya, ilmuwan menganalisa berbagai benda yang tertinggal dalam tubuh mumi dengan bantuan peminda Toshiba 64-slice CT. Pemindai canggih ini sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit dalam tubuh manusia.

"Pemindai ini benar-benar memberikan pemandangan luar biasa soal mumi dan mengetahui ritual kuno dalam upacara kematian zaman dahulu," kata Professor Ronald Beckett dari Bioanthropology Research Institute, Quinnipiac.

"Setiap mumi memiliki kisahnya masing-masing. Setiap informasi yang didapat akan semakin menambah pemahaman kita terhadap kebudayaan Mesir kuno," tambahnya lagi.

Hasil temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat Mesir kuno sangat percaya bahwa burung diyakini memiliki hubungan istimewa dengan Dewa Thoth, yaitu Dewa yang dipercaya memainkan peranan penting dalam menentukan akhir hidup seorang manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction